Jumat, 12 Oktober 2018

Aku dan Program Perpustakaan Pertanian Digital


Aku berasal dari keluarga petani. Kedua orang tuaku sehari-hari bekerja sebagai petani. 95% penduduk desaku bekerja sebagai petani, baik itu petani yang mengolah lahan pertanian milik pribadi maupun milik orang lain.

Pertanian di desaku berkembang semakin pesat. Dimana teknologi modern sudah digunakan untuk mengolah lahan pertanian. Pada awalnya, seluruh kegiatan pertanian dilakukan secara sederhana misalnya membajak sawah menggunakan tenaga kerbau yang kemudian digantian dengan tenaga mesin. Selain itu, alat untuk memotong padi biasanya menggunakan arit sekarang sudah digantikan oleh mesin yang mampu memotong padi sekaligus merontokkan dan memasukkannya ke dalan karung. Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian sangatlah menguntungkan bagi petani.

Di desaku, penanaman padi dilakukan sebanyak 3 kali dalam setahun. Hal ini terjadi bukan karena kami memanfaatkan saluran irigasi, tetapi karena setiap pemilik sawah memiliki sumur yang dapat mengairi sawah mereka. Dan jujur saja desa ku belum memiliki saluran irigasi tetapi pembangunannya sudah direncanakan oleh pemerintah setempat.

Keluargaku sangat hobi bertani serta berkebun dan kami juga memiliki lahan yang luas. Lahan tersebut dibagi menjadi dua yaitu lahan persawahan dan lahan daratan. Lahan daratan berada disekeliling rumah dan ditanami pohon kelapa sawit, pohon kelapa dan juga pohon kakao. Selain itu kami juga menanam pohon pisang, mangga, rambutan, tebu, kedondong, cabe, singkong, jagung dan lain sebagainya yang ditanam dalam skala kecil. Jiwa bertani kami sangatlah besar karena sejak kecil sudah diajarkan cara bertani. Aku tidak pernah malu karena berasal dari desa dan memiliki orang tua petani. Justru aku bangga karena berkat petanilah perut kita dapat terisi. Jadi, Ngga usah malu ngga usah gengsi jadi anak petani.

Dalam lingkungan sosial, seorang petani dianggap sebagai strata sosial yang paling rendah. Jika menyebutkan sosok petani maka yang tergambar adalah mereka yang pergi pagi pulang petang dengan membawa cangkul dan caping. Nah, sebagai anak seorang petani aku ingin menghapuskan citra seorang petani yang memiliki status sosial rendah. Maka dari itu aku harus memiliki skill untuk mengubah itu semua dengan cara terus belajar dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ibuku berkata “ Sekolah lah tinggi-tinggi kejar cita-citamu. Kalau sudah tamat bisa kerja di kantor ngga jadi petani seperti orang tuamu”. Dari perkataan orang tuaku tersebut, kemudian aku mulai berfikir bagaimana jika seluruh petani menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi tetapi tidak mengembangkan profesi orang tuanya melainkan bekerja di perkantoran. Bukankah hal tersebut akan mengurangi jumlah petani di Indonesia yang berdampak pada produksi pangan ke depannya ? Sejak saat itu, aku berniat bahwa aku akan memajukan pertanian di desaku dengan memanfaatkan ilmu yang ku dapat dari bangku perkuliahan.

Sekarang aku kuliah di UIN Sumatera Utara Medan mengambil jurusan ilmu perpustakaan. Loh apa hubungannya sarjana ilmu perpustakaan dengan program pertanian digital? Nah disini keinginanku adalah membangun desaku. Aku akan meminta bantuan ke pemerintah setempat untuk membangun sebuah perpustakaan digital khusus pertanian. Dimana semua layanan yang ada di perpustakaan akan disinkronkan dalam sebuah aplikasi mobile. Pengguna perpustakaan berasal dari seluruh wilayah Indonesia maupun luar negeri. Pengguna bebas akses ke layanan perpustakaan hanya dengan menggunakan sebuah laptop atau smartphone. Dalam hal ini aku tidak menjadi seorang petani muda akan tetapi aku menjadikan para petani lebih sejahtera dan modern dengan menggunakan kemampuan yang ku miliki. Secara tidak langsung aku turut memfasilitasi petani dalam bentuk layanan.

Perpustakaan tersebut dapat bekerjasama dengan dinas pertanian. Dan kebetulan di desaku terdapat kantor pertanian yang sering mengadakan penyuluhan. Di perpustakaan juga disediakan koleksi khusus yang membahas mengenai masalah pertanian. Perpustakaan tersebut nantinya akan dikelola oleh seorang pustakawan  yang bertugas memanajemen sumber informasi dan seorang konsultan pertanian yang berlatar belakang sarjana pertanian. Pustakawan tersebut dapat melayani para petani dan peneliti pertanian yang membutuhkan sumber informasi cetak maupun digital dan pustakawan juga menyediakan jurnal hasil penelitian terbaru dalam bidang pertanian sehingga pertanian di desaku dapat mengikuti perkembangan jaman. Jika terdapat teknologi pertanian terbaru, para petani dapat mengetahuinya dan menggunakan teknologi tersebut. Sehingga bekerja sebagai petani tidak lagi dianggap rendah tetapi sudah dianggap tinggi karena peralatan yang digunakan sudah canggih dan tidak menguras tenaga para petani. Semua pekerjaan dapat dikerjakan oleh mesin. Apalagi sekarang ini sudah memasuki era industri 4.0 dimana segala aktivitas manusia dikerjakan oleh teknologi jaringan internet. Bukan tidak mungkin bahwa kedepannya para petani mengolah lahan pertanian dan menjalankan mesin hanya dengan menggunakan sebuah sistem jaringan internet. Jadi petani hanya duduk mengoperasikan sistem dan memantau dari kejauhan.

Kedepannya aku ingin menjadikan desaku sebagai desa digital dalam program perpustakaan pertanian digital. Aku akan mengaplikasikan ilmu yang telah ku dapat dari bangku kuliah untuk memajukan desaku khususnya dalam bidang pertanian. Niatku tersebut sejalan dengan pepatah yang mengatakan bahwa “ Sarjana terbaik adalah mereka yang membawa kemajuan di kampung halaman”.

Aku dan Program Perpustakaan Pertanian Digital

Sumber : https://saintif.com/img_9476/ Aku berasal dari keluarga petani. Kedua orang tuaku sehari-hari bekerja sebagai petani. 95%...