Aku
berasal dari keluarga petani. Kedua orang tuaku sehari-hari bekerja sebagai
petani. 95% penduduk desaku bekerja sebagai petani, baik itu petani yang
mengolah lahan pertanian milik pribadi maupun milik orang lain.
Pertanian
di desaku berkembang semakin pesat. Dimana teknologi modern sudah digunakan
untuk mengolah lahan pertanian. Pada awalnya, seluruh kegiatan pertanian
dilakukan secara sederhana misalnya membajak sawah menggunakan tenaga kerbau
yang kemudian digantian dengan tenaga mesin. Selain itu, alat untuk memotong
padi biasanya menggunakan arit
sekarang sudah digantikan oleh mesin yang mampu memotong padi sekaligus
merontokkan dan memasukkannya ke dalan karung. Perkembangan teknologi dalam
bidang pertanian sangatlah menguntungkan bagi petani.
Di
desaku, penanaman padi dilakukan sebanyak 3 kali dalam setahun. Hal ini terjadi
bukan karena kami memanfaatkan saluran irigasi, tetapi karena setiap pemilik
sawah memiliki sumur yang dapat mengairi sawah mereka. Dan jujur saja desa ku
belum memiliki saluran irigasi tetapi pembangunannya sudah direncanakan oleh
pemerintah setempat.
Keluargaku
sangat hobi bertani serta berkebun dan kami juga memiliki lahan yang luas. Lahan
tersebut dibagi menjadi dua yaitu lahan persawahan dan lahan daratan. Lahan
daratan berada disekeliling rumah dan ditanami pohon kelapa sawit, pohon kelapa
dan juga pohon kakao. Selain itu kami juga menanam pohon pisang, mangga,
rambutan, tebu, kedondong, cabe, singkong, jagung dan lain sebagainya yang
ditanam dalam skala kecil. Jiwa bertani kami sangatlah besar karena sejak kecil
sudah diajarkan cara bertani. Aku tidak pernah malu karena berasal dari desa
dan memiliki orang tua petani. Justru aku bangga karena berkat petanilah perut
kita dapat terisi. Jadi, Ngga usah
malu ngga usah gengsi jadi anak
petani.
Dalam
lingkungan sosial, seorang petani dianggap sebagai strata sosial yang paling
rendah. Jika menyebutkan sosok petani maka yang tergambar adalah mereka yang
pergi pagi pulang petang dengan membawa cangkul dan caping. Nah, sebagai anak
seorang petani aku ingin menghapuskan citra seorang petani yang memiliki status
sosial rendah. Maka dari itu aku harus memiliki skill untuk mengubah itu semua
dengan cara terus belajar dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ibuku
berkata “ Sekolah lah tinggi-tinggi kejar cita-citamu. Kalau sudah tamat bisa
kerja di kantor ngga jadi petani
seperti orang tuamu”. Dari perkataan orang tuaku tersebut, kemudian aku mulai
berfikir bagaimana jika seluruh petani menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi
tetapi tidak mengembangkan profesi orang tuanya melainkan bekerja di
perkantoran. Bukankah hal tersebut akan mengurangi jumlah petani di Indonesia
yang berdampak pada produksi pangan ke depannya ? Sejak saat itu, aku berniat bahwa
aku akan memajukan pertanian di desaku dengan memanfaatkan ilmu yang ku dapat
dari bangku perkuliahan.
Sekarang
aku kuliah di UIN Sumatera Utara Medan mengambil jurusan ilmu perpustakaan. Loh
apa hubungannya sarjana ilmu perpustakaan dengan program pertanian digital? Nah
disini keinginanku adalah membangun desaku. Aku akan meminta bantuan ke
pemerintah setempat untuk membangun sebuah perpustakaan digital khusus
pertanian. Dimana semua layanan yang ada di perpustakaan akan disinkronkan
dalam sebuah aplikasi mobile.
Pengguna perpustakaan berasal dari seluruh wilayah Indonesia maupun luar
negeri. Pengguna bebas akses ke layanan perpustakaan hanya dengan menggunakan
sebuah laptop atau smartphone. Dalam hal ini aku tidak menjadi seorang petani
muda akan tetapi aku menjadikan para petani lebih sejahtera dan modern dengan
menggunakan kemampuan yang ku miliki. Secara tidak langsung aku turut memfasilitasi
petani dalam bentuk layanan.
Perpustakaan
tersebut dapat bekerjasama dengan dinas pertanian. Dan kebetulan di desaku
terdapat kantor pertanian yang sering mengadakan penyuluhan. Di perpustakaan
juga disediakan koleksi khusus yang membahas mengenai masalah pertanian.
Perpustakaan tersebut nantinya akan dikelola oleh seorang pustakawan yang bertugas memanajemen sumber informasi
dan seorang konsultan pertanian yang berlatar belakang sarjana pertanian.
Pustakawan tersebut dapat melayani para petani dan peneliti pertanian yang
membutuhkan sumber informasi cetak maupun digital dan pustakawan juga
menyediakan jurnal hasil penelitian terbaru dalam bidang pertanian sehingga
pertanian di desaku dapat mengikuti perkembangan jaman. Jika terdapat teknologi
pertanian terbaru, para petani dapat mengetahuinya dan menggunakan teknologi
tersebut. Sehingga bekerja sebagai petani tidak lagi dianggap rendah tetapi
sudah dianggap tinggi karena peralatan yang digunakan sudah canggih dan tidak
menguras tenaga para petani. Semua pekerjaan dapat dikerjakan oleh mesin.
Apalagi sekarang ini sudah memasuki era industri 4.0 dimana segala aktivitas
manusia dikerjakan oleh teknologi jaringan internet. Bukan tidak mungkin bahwa
kedepannya para petani mengolah lahan pertanian dan menjalankan mesin hanya
dengan menggunakan sebuah sistem jaringan internet. Jadi petani hanya duduk
mengoperasikan sistem dan memantau dari kejauhan.
Kedepannya
aku ingin menjadikan desaku sebagai desa digital dalam program perpustakaan
pertanian digital. Aku akan mengaplikasikan ilmu yang telah ku dapat dari
bangku kuliah untuk memajukan desaku khususnya dalam bidang pertanian. Niatku
tersebut sejalan dengan pepatah yang mengatakan bahwa “ Sarjana terbaik adalah
mereka yang membawa kemajuan di kampung halaman”.
|